Bertani Skala Rumah Tangga memanfaatkan barang bekas
Melalui artikel ini, saya ingin menyebarkan ide baik yang sudah dilakukan beberapa orang, yakni bahwa kita bisa belajar bertani skala rumah tangga dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di rumah kita. Dari pot sampai media tanam, kita bisa memanfaatkan dari barang-barang bekas, yang selama ini mungkin menjadi limbah tanpa proses pengolahan, dan berakhir dibuang ke tempat sampah.
KEUNTUNGAN BERTANI SAYUR-MAYUR DENGAN MEMANFAATKAN BARANG BEKAS
bertani sayur memanfaatkan botol bekas
Manfaat dari bertani dengan menggunakan limbah rumah tangga berupa barang bekas tak terpakai, diantaranya:
menjaga kebersihan rumah dan lingkungannya,
bertani sayur-mayur skala rumah tangga bisa menjadi hobi yang meyehatkan jiwa,
mendapatkan sayur-mayur yang sehat karena kita akan budidayakan segara organik,
lingkungan rumah pun akan menjadi lebih hijau dan indah, bisa menghadirkan kebahagiaan bagi penghuninya,
manfaat ekonomis, mengurangi uang belanja
menjaga alam dengan menerapkan Prinsip 3R: reuse, recycle, reduce
BARANG-BARANG BEKAS YANG DAPAT DIPAKAI BERTANI SAYUR SKALA RUMAH TANGGA
barang bekas yang dapat dipakai untuk bertani skala rumah tangga
Barang-barang bekas yang dapat kita manfaatkan sebagai bahan untuk belajar bertani sayur-mayurskala rumah tangga antara lain barang-barang berbahan plastik, kaleng, atau karet, untuk dimanfaatkan sebagai pot, wujudnya bisa berupa:
botol plastik bekas wadah air mineral atau minuman bersoda
ban bekas
ember bekas
kaleng cat bekas atau kaleng sarden bekas
karung bekas wadah beras
pralon bekas
bambu bekas
plastik bekas kemasan minyak goreng literan
tas parasut bekas
sepatu boot bekas
Sementara untuk Media Tanam, kita bisa memanfaatkan sampah organik, dari bekas sayuran dan buah, sisa nasi, air cudian beras, limbah rumah tangga yang selama ini kita buang. Bahan-bahan tadi bisa kita jadikan pupuk organik, dengan pengolahan sampah rumah tangga, salah satu caranya bisa dibaca di dini : Metode Keranjang Takakura.
bertani sayur-mayur secara vertikultur memanfaatkan bambu
Pupuk organik ini nantinya kita masukkan ke dalam pot, sebagai campuran tanah, sebagai pengaya nutrisi tanah, agar sayur-matur yang kita tanam tumbuh sehat. Model penyusunan pot bisa dilakukan secara horisontal, maupun vertikultur (vertikal). Tapi kita bisa juga bertani di tanah biasa, dengan mencampurkan pupuk tadi ke dalam lobang di tanah yang kita tanami sayur-mayur.
SAYUR-MAYUR YANG COCOK DIBUDIDAYAKAN DALAM POT DARI BARANG BEKAS
bertani sayur-mayur memanfaatkan botol minuman bekas
Tidak semua jenis sayuran cocok ditanam dalam pot dari barang bekas, terutama botol bekas minuman, sebab ukurannya sebagai pot yang relatif kecil. Berikut ini beberapa jenis sayur-mayur yang cocok ditanam di dalam pot berukuran kecil dari barang bekas, yaitu:
selederi
bayam
daun bawang
bawang bombai, bawang putih, bawang merah
kangkung
sawi
cabai
terong
wortel
selada
katuk
TANAMAN BUAH DAN BUNGA YANG COCOK DITANAM DALAM POT DARI BARANG BEKAS
bertani buah memanfaatkanbarang bekas
Selain itu sebenarnya kita bisa juga menanam buah-buahan dan bunga, khususnya buah-buahan dan bunga yang bisa ditanam dalam pot berukuran kecil juga, yaitu:
strowberi
tomat
kentang
bunga anyelir
bunga pukul sembilan
bunga viola
bunga matahari
dll
FOTO-FOTO INSPIRATIF BERTANI MEMANFAATKAN BARANG BEKAS RUMAH TANGGA
Berikut ini foto-foto bertani memanfaatkan barang bekas rumah tangga yang bisa dijadikan inspirasi untuk praktek di rumah.
bertani sayur-mayur memanfaatkan kaleng bekas
bertani sayur-mayur memanfaatkan pralon bekas
bertani sayur-mayur memanfaatkan karung bekas
bertani sayur-mayur memanfaatkan botol bekas
bertani sayur-mayur memanfaatkan botol bekas minyak
bertani sayur-mayur memanfaatkan botol bekas secara vertikultur
bertani sayur-mayur memanfaatkan bambu bekas secara vertikultur
Sekarang udah tau kan, bahwa dengan engan bertani sayur-mayur, buah-buahan, dan bunga, di rumah maka lingkungan tempat tinggal kita akan semakin hijau, berwarna-warni, dan asri.
BEASISWA KURSUS PERTANIAN LAHAN KERING UNTUK 7 PROVINSI TARGET DARI AUSTRALIA AWARDS
Australia Awards Indonesia membuka Kursus Singkat Pertanian Lahan Kering bagi Pemerintah Daerah, Perwakilan Organisasi Nirlaba, dan sektor Swasta.
Kursus singkat pertanian lahan kering ini ditujukan bagi Warga Negara Indonesia yang berdomisili atau bekerja di Provinsi yang menjadi target, yaitu Provinsi:
Papua,
Papua Barat,
Maluku,
Maluku Utara,
NTT,
NTB, dan
Jawa Timur
Kursus singkat selama 4 minggu ini merupakan beasiswa penuh, yang dilaksanakan di Australia.
TUJUAN KURSUS SINGKAT PERTANIAN LAHAN KERING AUSTRALIA AWARDS
Kursus singkat dari Australia Awards ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, demi terciptanya produksi lahan kering yang berkelanjutan.
Jumlah petani di tanah indonesia terus berkurang, ditambah lagi dengan perubahan iklim ekstrem yang turut menambah daftar permasalahan pertanian terutama di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Badan Pangan dan Pertanian Dunia PBBatau FAO, pada Peringatan HARI PANGAN SEDUNIA yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober, pada tahun 2016 ini mengambil Tema "PERUBAHAN IKLIM, PANGAN DAN PERTANIAN JUGA HARUS BERUBAH".
MASIH BANYAK YANG LAPAR TAPI JUTAAN M3 PANGAN KITA TERBUANG SETIAP TAHUN
FAO juga menyinggung mengenai Ketahanan & Keamanan Pangan. Menurut FAO di Indonesia terjadi kehilangan pangan yang cukup besar, selama proses distribusi -- sejak di tangan petani hingga ke konsumen siap saji -- yang jumlahnya sangat besar, mencapai 13 juta m3 / tahun -- itu cukup untuk memberi makan 27 - 28 juta orang. Miris sekali kan, sementara masih banyak orang lapar namun jutaan m3 pangan kita terbuang setiap tahun. Maka Indonesia harus berhati-hati dalam mengatur SISTEM PANGAN, mulai dari memanen, memasarkan, hingga ke konsumen, agar tidak menyia-nyiakan mkanan terlalu banyak.
PERUBAHAN IKLIM DAN PENGARUHNYA TERHADAP DUNIA PERTANIAN KITA
Kompas TV secara khusus datang ke Kantor FAO untuk mewawancarai tema Perubahan Iklim tersebut. Dalam wawancara tersebut FAO menjelaskan bahwa saat ini Perubahan Iklim semakin ekstrim, seperti badai yang terjadi di Filipina, Taiwan. Indonesia juga tak luput dari semakin ekstrimnya Perubahan Iklim, sebagai contoh di Provinsi Nusa Tenggara Timur & Nusa Tenggara Barat, yang semakin panas dan kering. Sementara di belahan Indonesia lain justru semakin basah, seperti di Pulau Jawa yang mengalami banjir, serta longsor.
Mengenai Program di NTT & NTB, FAO menjelaskan sedang melakukan Pertanian Konservasi, yaitu bagaimana melindungi tanah. Selain tanah di sana sudah cukup buruk, FAO menginginkan adanya perbaikan kondisi tanah dengan cara menambahkan material organik dan menjamin kapasitas daya serap air. Program tersebut sukses, di tahun pertama berhasil meningkatkan volume panen jagung dari 2 - 2,5 ton/ha menjadi 4 - 4,5 ton/ha. Ketangguhan Petani & Pertanian Indonesia menjadi 2 poin penting.
Sekitar 5 juta rumah tangga petani
berkurang antara tahun 2003-2013 dan sekitar 3 juta tenaga kerja keluar
dari sektor pertanian antara tahun 2010-2014, sementara petani yang
tersisa saat ini, sebanyak 62% nya
berusia 45 tahun ke atas. Ini bisa mengancam ketersediaan pangan kita di
masa depan.
Untuk itu anak muda perlu terjun kembali
ke pertanian dan memberikan bara pada sektor yang kini adalah salah satu
sektor ekonomi yang didukung di seluruh dunia.
Ayo para kaum muda tani,
daftarkan dirimu menjadi Duta Petani Muda 2016, berbagi cerita dan
tunjukkan bahwa anak muda masih ada dan dan pertanian masih
jaya. Jadilah inspirasi bagi kaum muda tani lainnya.
Bertani itu kekinian!
IKUTILAH PEMILIHAN DUTA PETANI MUDA 2016 "BERTANI ITU KEKINIAN"
Poster Pemilihan Duta Petani Muda 2016
Website DUTA PETANI MUDA dapat dilihat di sini : duta petani muda
Info lebih lengkap mengenai PEMILIHAN DUTA PETANI MUDA 2016
dan Formulir Pendaftaran nya,
dapat dibuka dan didownload di sini : download formulir
(REFLEKSI KRITIS SEORANG PETANI THAILAND PENDIRI Center for Self Reliance)
Jon Jandai, seorang Petani kritis asal Thailand. Sumber: di sini
PETANI KRITIS ITU BERNAMA JON JANDAI
Jon Jandai adalah seorang petani dari Thailand dan pendiri Pun Pun, sebuah pusat pertanian organik dan pusat belajar masyarakat di Thailand Utara. Jon Jandai telah banyak bicara di berbagai forum untuk memberi perspektifnya atas ‘hidup dengan cara yang berbeda’.
Menyimak salah satu presentasinya, Rm. Ferry Sutrisna Wijaya, Pr - Penggiat dan Pencinta Lingkungan Hidup, dari EcolearningcampBandung, merasa diingatkan akan salah satu guru nya: Mas Tanto, seorang petani, seorang yang sangat kritis, yang telah memberi banyak goncangan pemikiran, serta pandangan hidup banyak orang yang beruntung berjumpa dengannya. Apa yang dirasakan oleh Rm. Ferry, saya pun merasakan nya juga.
PRESENTASI JON JANDAI, REFLEKSI KRITIS TENTANG HIDUP
Untuk mengenang Almarhum Mas Tanto, Rm. Ferry Sutrisna Wijaya, Prtelah metranskripsikan presentasi pendek Jon Jandai. Membaca transkrip ini, saya seolah dibawa kembali ke kancah diskusi dengan Mas Tanto di medio 2007/2008, yang sering kamilakukan hingga subuh menjelang, di sebelah kandang kambing nya, di Dusun Bejen, Kecamatan Sleman, Yogyakarta.
Suatu kesempatan, Mas Tanto menyampaikan tentang keinginannya membuat "Universitas Hidup Sewajarnya". Kami berbincang, tepatnya saya lebih banyak mendengarkan, cerita Mas tanto tentang ide nya yang telah dijalani nya itu, yang menurut saya sama seperti yang dipresentasikan oleh Jon Jandai: Kritik terhadap Hidup, Kritik terhadap Universitas, dan itu sudah dipraktekkannya secara radikal -- Radix = akar, mendasar. Secara filsafat dibedah oleh partner diskusi Mas Tanto yang lain : Mas KokoCukupkan Diri, Jangan berlebihan
PRESENTASI JON JANDAI "PERJALANAN PULANG"
Presentasi Jon Jandai "Life is easy. Why do we make it so hard?". Sumber : di sini
“Ada satu kalimat yang selalu ingin saya katakan kepada semua orang: hidup adalah mudah dan sangat menyenangkan.
“Sebelumnya, saya tak pernah berpikir demikian. Ketika saya tinggal di Bangkok, hidup saya sangat sulit. Saya lahir di sebuah desa ‘miskin’ di bagian Timur Laut Thailand. Saat saya kecil, semua hal tanpak mudah dan menyenangkan…
“Tapi ketika televisi mulai masuk ke desa saya, banyak orang datang ke desa dan mengatakan: Kalian miskin, kalian harus sukses dalam hidup ini, dan kamu harus ke Bangkok untuk mengejar kesuksesan hidup!”
“Semenjak itu saya merasa sedih dan merasa miskin. Dan saya pun akhirnya pergi ke Bangkok. Ketika saya tiba di sana, keadaan ternyata tidak menyenangkan. Saya harus belajar dan bekerja keras supaya ‘sukses’.
“Saya bekerja sangat keras, paling tidak 8 jam dalam sehari. Tapi saya hanya bisa makan semangkuk mie atau sepiring nasi goreng. Tempat tinggal saya buruk sekali. Sebuah ruangan kecil yang ditempati banyak orang.
“Dari situlah saya mulai bertanya… Kenapa ketika saya mulai bekerja keras, hidup saya malah mulai susah? Pasti ada yang salah. Saya telah menghasilkan banyak hal, tapi kebutuhan saya tak pernah tercukupi.
KRITIK JON JANDAI TERHADAP KAMPUS PERTANIAN
“Saya kemudian mencoba belajar di sebuah universitas. Tapi ternyata belajar di sana tidak mudah sebab sangat membosankan. Lalu setiap saya cermati semua fakultas, kebanyakan dari mereka mengajarkan sesuatu yang destruktif. Bagi saya, pengetahuan yang didapat dari universitas adalah pengetahuan yang tidak produktif. Misalnya, jika Anda jadi insinyur atau jadi arsitek, itu berarti Anda akan merusak banyak hal. Makin banyak mereka bekerja, maka makin banyak pegunungan yang hancur. Dan tanah yang bagus di lembah Chao Phraya akan makin tertutup dengan beton.
“Jika Anda belajar pertanian atau semacamnya di universitas, berarti Anda belajar cara meracuni tanah, air, dan belajar untuk merusak semuanya.
“Saya merasa bahwa semua sangat rumit dan sulit. Kita membuatnya menjadi serbarumit dan serbasulit. Hidup terasa sangat sulit, dan saya sangat kecewa.
“Saya mulai berpikir, kenapa saya harus berada di Bangkok ini? Saya kemudian teringat, ketika saya kecil tak ada yang bekerja 8 jam dalam sehari. Semua orang bekerja dua bulan per tahun. Menanam padi sebulan, dan sebulan untuk panen. Sisanya adalah waktu luang. Ada 10 bulan waktu luang dalam setahun. Itulah kenapa di Thailand ada banyak festival. Karena mereka punya banyak waktu luang.
“Lalu di siang hari, semua orang tidur. Bahkan jika Anda sekarang pergi ke Laos, semua orang tidur siang usai santap makan. Setelah bangun tidur mereka ‘bergosip’ tentang para menantu mereka. Orang punya banyak waktu. Karena mereka punya banyak waktu, mereka punya waktu untuk diri mereka sendiri. Ketika mereka punya waktu untuk diri mereka sendiri, mereka punya banyak waktu untuk memahami diri mereka sendiri. Dan ketika mereka punya banyak waktu untuk memahami diri sendiri, mereka bisa tahu apa yang mereka inginkan dalam hidup ini. Dan mereka menginginkan kebahagiaan. Mereka ingin cinta. Mereka ingin menikmati hidup. Di situlah mereka menikmati keindahan hidup, dan mengekspresikannya dengan banyak cara. Ada yang mengukir gagang pisau dengan indah, menganyam keranjang dengan bagus. Tapi sekarang tak ada yang membuat dan menggunakannya lagi. Semua orang sekarang memakai plastik.
JON JANDAI MEMUTUSKAN BERHENTI KULIAH
“Saya merasa ada yang salah. Saya tidak bisa hidup sebagaimana yang saya alami di Bangkok. Jadi saya memutuskan berhenti kuliah. Dan saya pulang ke kampung halaman.
“Ketika saya pulang kampung, saya mulai hidup seperti masa kecil saya. Saya mulai bekerja dua bulan setiap tahunnya. Saya punya 4 ton beras.
Seluruh keluarga saya yang berjumlah 6 orang, hanya butuh kurang dari 0,5 ton beras per tahun untuk makan. Jadi ada sisa beras yang bisa saya jual. Kemudian saya membuat 2 petak kolam yang saya sebari benih ikan.
Setiap tahun, keluarga kami bisa makan ikan dari kolam itu. Saya lalu membuat kebun kecil, tidak sampai 2000 meter persegi. Dan saya hanya membutuhkan waktu 15 menit setiap hari untuk merawat kebun itu. Saya punya 30 lebih jenis sayuran di kebun itu. Sayuran itu tak habis kami makan sekeluarga. Sehingga sebagian saya jual.
“Saya merasa hidup saya lebih mudah. Dan saya bertanya-tanya, untuk apa saya dulu menghabiskan waktu 7 tahun di Bangkok dan sehari 8 jam bekerja kalau hanya untuk makan semangkuk mie? Saya bekerja keras tapi susah untuk makan. Di sini, di kampung saya ini, saya hanya perlu bekerja dua bulan dalam setahun di sawah, dan 15 menit perhari, dan saya bisa memberi makan 6 orang.
“Itu terasa sangat mudah. Sebelumnya say berpikir bahwa orang bodoh seperti saya yang tidak pernah mendapatkan nilai bagus di sekolah, tak bakal bisa punya rumah. Sebab anak terpandai di sekolah saya, anak yang mendapatkan rangking satu, dia mendapatkan pekerjaan yang bagus. Tapi dia membeli rumah dengan cara mencicil selama 30 tahun. Kalau dia saja butuh 30 tahun mencicil rumah, bagaimana dengan saya?
JON JANDAI : HIDUP INI MUDAH DAN MENYENANGKAN
“Tapi akhirnya saya mulai membangun rumah perlahan dari bahan apa saja yang ada di sekeliling saya. Ternyata sangat mudah. Saya hanya mengerjakannya 2 jam dalam sehari. Mulai jam 7 sd jam 9 pagi. Dalam waktu 3 bulan, rumah itu jadi. Jika teman saya yang pintar butuh waktu 30 tahun untuk melunasi hutang rumahnya, saya hanya butuh waktu 3 bulan untuk membangun rumah saya sendiri.
Rumah Jon Jandai yang dibangun sendiri dalam waktu 2 jam/hari selama 3 bulan
Rumah Jon Jandai yang dibangunnya sendiri. Sumber: di sini
“Saya merasa hidup saya lebih mudah. Saya tak pernah berpikir bahwa ternyata membangun rumah bisa semudah itu. Setelah tahu bahwa membangun rumah itu mudah, setiap tahun saya membangun rumah. Sekarang, saya memang tak punya banyak uang, tapi saya punya banyak rumah.
“Jadi memiliki rumah bukan masalah. Setiap anak usia 13 tahun bisa punya rumah jika sepulang sekolah dia mau meluangkan waktu 2 jam untuk membangunnya. Mereka bisa membuat perpustakaan dan sekolah jika mau. Setiap orang sepuh pun bisa bikin rumah sendiri.
“Jalan ini begitu mudah. Jika Anda tidak percaya, coba saja. Berikutnya adalah pakaian…
“Saya merasa miskin. Saya juga merasa bukan orang yang tampan. Saya pernah mencoba berpakaian seperti para bintang film agar kelihatan tampil lebih menawan. Saya perlu menabung sebulan untuk membeli celana jins. Setelah saya kenakan, dan saya bercermin, ternyata saya tidak berubah lebih baik. Saya tetap orang yang sama. Kalau begitu, kenapa saya harus membeli jins? Toh tidak mengubah apapun. Setelah itu, saya tak pernah membeli pakain selama 20 tahun. Sebab ada banyak orang yang datang mengunjungi saya yang memberikan pakaian. Dan malah saya punya banyak pakaian untuk saya berikan kepada orang lain.
“Semenjak saya berhenti membeli pakaian, ada banyak hal yang berubah di diri saya. Saya pada akhirnya hanya membeli apa yang saya butuhkan. Bukan apa yang saya inginkan. Saya merasa lebih bebas. Lebih merdeka.
“Terakhir, ada yang mengganggu saya. Bagaimana jika saya sakit? Pada awalnya, saya khawatir karena saya tak punya uang. Tapi saya lebih sering merenung. Sakit adalah hal biasa. Bukan hal yang buruk. Sakit bisa mengingatkan kita bahwa mungkin ada yang salah dalam kehidupan kita. Saya lalu belajar menyembuhkan diri sendiri dari apa yang tersedia di alam. Setelah saya bergantung pada diri saya sendiri, saya makin merasa bebas. Saya tidak hidup dalam kekhawatiran. Saya melakukan apapun yang saya sukai di hidup ini.
“Saya merasa orang yang unik. Saya tak perlu menjadi seperti orang lain.
“Ketika kemudian saya mengingat kehidupan saya yang suram waktu di Bangkok, saya akhirnya memutuskan membuat Pun Pun di Chiang Mai. Tujuan utamanya adalah untuk menyimpan benih tanaman. Karena benih adalah makanan. Karena makanan adalah kehidupan. Tak akan ada kehidupan jika tak ada makanan.
“Tak ada benih maka tak ada kebebasan. Tak ada benih maka tak ada kebahagiaan.
“Hidup kita tak akan tergantung pada orang lain jika kita punya benih. Jadi sangat penting untuk menyimpan benih.
“Selain itu, Pun Pun adalah pusat belajar. Belajar tentang bagaimana membuat hidup ini lebih mudah. Sebab di sekolah-sekolah, kita diajari untuk membuat hidup kita lebih rumit dan sulit. Kita bisa sama-sama membuat hidup ini lebih mudah. Tidak seperti yang diajarkan di sekolah-sekolah. Di sekolah, kita tidak diajarkan untuk mandiri. Kita diajari untuk tergantung pada uang. Tapi sekarang, untuk bahagia kita perlu percaya kepada diri sendiri dan orang lain.
“Dari semua hal di atas, yang ingin kembali saya tekankan adalah segala kebutuhan primer: makanan, rumah, pakaian, dan obat-obatan, haruslah mudah dan murah untuk semua orang. Itulah peradaban. Dan jika yang terjadi adalah sebaliknya, maka berarti yang terjadi adalah ketidakberadaban.
“Dan sekarang yang kita saksikan adalah yang kedua. Begitu ada banyak orang pintar di dunia ini, ada banyak universitas, ada banyak sarjana, tapi hidup kita makin sulit. Kita semua bekerja keras. Tapi hidup makin sulit. Lalu untuk apa dan untuk siapa kita bekerja keras?
“Kita hanya butuh kembali menjadi orang ‘normal’. Burung membuat sarang dalam waktu satu sampai dua hari. Tikus membuat lubang dalam semalam. Tapi makhluk cerdas seperti kita butuh hutang 30 tahun untuk membuat rumah. Sialnya, makin banyak orang pesimistis bisa punya rumah.
“Itu pemikiran yang keliru. Kenapa kita bisa menghancurkan kemampuan kita sedemikian rupa? Kita punya pilihan. Memilih yang mudah atau yang sulit.
“Banyak orang bilang bahwa saya gila. Tapi itu kata mereka. Saya tidak bisa mengatur apa yang mereka pikir. Tapi saya bisa mengatur apa yang saya pikir dan saya kerjakan. Saya punya pilihan. Demikian juga Anda.”
Sobat Petani, demikian Refleksi Kritis dari Jon Jandai, semoga juga menggoncangkan cara berfikir kalian
Ilustrasi Agrisida, dari Pertanian An-Organik. Sumber: di sini
Aku Membudidayakan Racun, untuk anak-isteri dan keluarga,
Untuk kalian: teman, sahabat, dan tetangga
Untuk mereka, mereka, dan semua ...
Ini kulakukan sudah sejak lama dan telah jadi budaya,
Dan akan kuteruskan sampai selama-lamanya,
Namun tetap berharap kita semua sehat sentausa,
Dan Hidup Bahagia di satu BUMI yang sama ...
Hidup Agrisida !
Hidup Agrisida !!
Hidup Agrisida !!!
Merdeka !
TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SALIBU : TANAM SEKALI, PANEN LEBIH DARI 3 KALI
Ilustrasi Petani Perempuan sedang memanen Padi. Sumber: di sini
PADI, JENIS RUMPUT YANG BISA PANEN LEBIH DARI SEKALI
Berangkat dari apa yang dilihatnya sewaktu tinggal bersama mayarakat suku Dayak di Kalimantan -- mereka bisa panen padi dari ladang di hutan, meski 'tidak menanam' -- kemudian Mas Tanto membuat demplot di depan rumahnya. Bibit padi ditanamnya di sawah semi kering buatan dari bahan fiber berbentuk nampan ukuran 1 x 1 meter, beberapa buah, yang diletakkan di depan teras, tempat kami biasa ngobrol hingga pagi setiap aku mampir ke rumahnya di Keceme, Bejen, Sleman, Jogja . MasTanto (de) Hobo adalah guru kehidupan nyentrik, manusia kritis dengan idealisme yang luar biasa. Itu sudah terlihat dari pilihan hidupnya, menjadi Petani Organis yang menerapkan NEITSA (No Eksternal Input & Tillaging Sustainable Agriculture).
Saat aku mampir ke rumahnya yang bersahaja sekitar tahun 2008, tanaman padinya sudah mulai dipenuhi buah. Kata Mas Tanto sebelumnya tanaman demplot itu sudah dipanennya sekali. Terlihat memang ada bekas sabitan di atas perakaran tanaman baru. Secara logika, masuk akal jika padi bisa tmbuh secara vegetatif setelah dipanen dengan cara disabit, sebab padi termasuk keluarga rumput.
************************
TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SALIBU
Tunas Padi baru yang muncul setelah 7 hari. Sumber : di sini
Menurut Erdiman, peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sumatera Barat, yang pertama kali mengenalkan budidaya padi
Salibu, teknologi budidaya padi Salibu merupakan cara menanam padi
dengan sekali tanam namun bisa dipanen lebih dari tiga kali. “Padi
Salibu dapat tumbuh lagi setelah batang sisa panen dipangkas. Tunas akan
muncul dari buku yang ada di dalam tanah. Tunas tersebut akan
mengeluarkan akar baru sehingga pasokan unsur hara tidak lagi tergantung
dengan batang lama,” jelasnya. Menurutnya, tunas tersebut bisa membelah
atau bertunas lagi seperti padi tanam pindah sehingga membuat
pertumbuhan dan produksinya sama tinggi, bahkan lebih tinggi
dibandingkan tanaman induknya. Ini yang membuat padi Salibu berbeda
dengan padi ratun yang tumbuh dari batang sisa panen tanpa dilakukan
pemangkasan batang. Sumber : tabloit sahabat petani
KEBUTUHAN UNSUR HARA PADI SALIBU
Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada masa pertumbuhan anakan
padi, perlu dilakukan pemupukan yang cukup, terutama hara nitrogen. Unsur
nitrogen merupakan komponen utama dalam sintesis protein, sehingga
sangat dibutuhkan pada fase vegetatif tanaman, khususnya dalam proses
pembelahan sel. Tanaman yang cukup mendapatkan nitrogen memperlihatkan
daun yang hijau tua dan lebar, fotosintesis berjalan dengan baik,unsur
nitrogena dalah faktor penting untuk produktivitas tanaman.
Cara budidaya ini akan meningkatkan indek panen, sebab petani tidak lagi
perlu melakukan pengolahan tanah, persemaian dan tanam, sehingga rentang waktu
produksi lebih pendek.
Budidaya ini secara tidak lansung juga dapat
menanggulangi keterbatasan varietas unggul, karena pertumbuhan tanaman
selanjutnya terjadi secara vegetative maka mutu varietas tetap sama
dengan tanaman pertama. Budidaya padi ini akan lebih ekonomis sekitar
45 % dibanding budidaya tanam pindah, hal ini akan menguntungkan bagi petani.
TEKNIS BUDIDAYA TANAM PADI PADI SALIBU
Setelah padi
dipanen, lahan perlu digenangi air setinggi ±5 cm selama 2-3 hari, kemudian
saluran pembuangan air dilepas kembali. Tujuannya adalah untuk menjaga
kelembapan tanah dan menghindari agar batang padi yang masih berdiri
tidak mati kekeringan.
Atas: tunas tumbuh tanpa penyabitan. bawah kiri : Tunas tumbuh dari penyabitan. Kanan : Penyabitan padi saat panen. Sumber: di sini
Sebelum melakukan pemotongan
batang, pupuk kandang diberikan pada lahan terlebih dahulu dengan
kebutuhan 1 ton/ha.
Pemotongan dilakukan pada pangkal batang menggunakan mesin potong rumput dengan ketinggian ± 5 cm dari permukaan tanah.
Setelah selesai melakukan pemotongan maka semua jerami baik sisa
pemanenan ataupun bekas pemotongan batang ditabur merata di permukaan
lahan. Jaga supaya tunggul padi tidak ada yang tertutup oleh tumpukan jerami, kalau
itu terjadi maka tunas baru tidak akan tumbuh.
Setelah penyabitan batang padi saat panen pertama, tunas baru akan
muncul dari buku yang ada di dalam tanah. Tunas padi ini akan
mengeluarkan akar baru sehingga suplay hara tidak lagi tergantung pada
batang lama. Tunas padi yang baru dapat beranak seperti padi
tanaman yang ditanam dengan cara pindah biasa, inilah yang membuat
pertumbuhan dan produksinya
sama atau lebih tinggi dibanding tanaman pertama (induknya).
PEMUPUKAN, PELUMPURAN, & PENYIANGAN PADI SALIBU
Padi Salibu, tanaman baru mulai menghijau. Sumber : di sini
Untuk merangsang pertumbuhan tanaman baru, maka dua minggu setelah
pemotongan pangkal batang atau setelah sebagian besar tunas muncul ke
permukaan, dilakukan pemupukan pertama dengan cara menaburkan unsur nitrogen (N) diantara rumpun padi secara merata sebanyak 150 kg/ ha. Untuk
menjaga pertumbuhan dan ketersediaan air maka pertahankan kondisi air
dipermukaan lahan dalam keadaan macak – macak, dimana saluran pemasukan
dan pengeluaran air dalam keadaan tertutup.
Untuk melumpurkan tanah di hamparan persawahan maka dilakukan dengan
cara menginjak –injak tanah dan jerami diantara rumpun padi sampai
jeraminya terbenam kedalam tanah. Perlakuan menginjak – injak tanah dan
jerami tersebut disamping untuk melumpurkan tanah dan mempercepat proses
pelapukan jerami juga sebagai upaya untuk penyiangan.
Penyiangan
dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk N sebanyak 150 kg/ha.
Pemupukan kedua dilakukan pada tanaman berumur 40 hari, pupuk yang
diberikan adalah unsur P 125 kg dan KCl diberikan sebanyak 25 kg. Pemupukan
KCl dilakukan dengan ½ dosis dari dosis anjuran.
DAYA TAHAN PADI SALIBU TERHADAP PENYAKIT & HAMA
Karena tidak ada masa rentan antara satu daur hidup tanaman dengan daur
hidup berikutnya maka penerapan sistem budidaya padi cara ini akan lebih tahan terhadap berbagai kemungkinan serangan hama dan penyakit.
PADI SALIBU BISA PANEN LEBUH DARI TIGA KALI
Pada budidaya padi ini, panen ke dua bisa dilakukan pada
umur ± 90 hari. Jika terlambat memanen padi, akan mengakibatkan banyak
biji yanag tercecer atau busuk sehingga mengurangi produksi.
Sepuluh (10) hari
menjelang panen sebaiknya sawah dikeringkan, tujuannya adalah untuk
menyerempakkan pematanagan gaba. Siklus daur tanam seperti ini bisa dilakukan lebih tiga kali.