CARA MEMBUAT SUMUR RESAPAN

CARA MEMBUAT SUMUR RESAPAN




 Membuat Sumur Resapan, sumber di sini

MANFAAT SUMUR RESAPAN


Ketika infrastruktur, gedung, dan tempat tinggal terus dibangun, seringkali lupa akan pentingnya daerah resapan, Ruang Terbuka Hijau (RTH).  Akibatnya, ketika hujan tiba, daerah perkotaan yang tidak memiliki RTH dan daerah resapan sering mengalami banjir.

 Gambar Sumur Resapan skala Rumah Tangga, sumber di sini

Padahal bila mau sedikit berusaha, ada beragam solusi mengatasi persoalan krisis air bersih dan genangan air akibat banjir. Salah satunya adalah dengan membuat sumur resapan sederhana di pekarangan rumah. 


HAL PENTING YANG PERLU DIINGAT SAAT MEMBUAT SUMUR RESAPAN



Bentuk Sumur Resapan, Persegi dan Silinder, sumber di sini


Langkah pertama adalah menentukan bentuk sumur resapan, apakah silinder atau persegi.
Selanjutnya, ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam membuat sumur resapan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), di antaranya:
·                     Sumur resapan harus terletak di lahan yang datar.
·                     Struktur tanah harus punya permeabilitas tinggi (kemampuan tanah menyerap air), lebih besar atau sama dengan 2 cm per jam. Artinya, jika ada genangan air setinggi 2 cm, maka harus bisa diserap habis oleh tanah maksimal 1 jam.
·                     Sumur resapan wajib jauh dari tempat penimbunan sampah dan septic tank. Jaraknya minimum 5 meter. dan 1,5 m dari pondasi, dan 10 meter dari sumur air bersih.
·                     Penggalian untuk sumur maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Untuk kedalaman muka air tanah minimum 1,5 meter di musim hujan
 ·                    Sebagai acuan, untuk rumah type 36, dibutuhkan Sumur resapan ukuran berdiameter 100 cm.  Jadi jika type rumah 70, maka dibutuhkan 2 buah sumur resapan ukuran yang sama. 

Material Untuk Membuat Sumur Resapan


Anda dapat meminta bantuan tukang gali sumur untuk memudahkan pembuatan sumur resapan di pekarangan rumah.
Beberapa spesifikasinya antara lain:

Dinding Sumur (Bagian Atas dan Bawah)
Dinding sumur bagian bawah bisa memakai buis beton. Sementara bagian atasnya dapat menggunakan batu bata merah atau batako.

Penutup Sumur
Ada sejumlah pilihan material yang cocok sebagai penutup sumur, seperti:
  • Ferrocement setebal 10 cm
  • Pelat beton bertulang setebal 10 cm dicampur semen, pasir dan kerikil
  • Pelat beton tak bertulang setebal 10 cm dengan campuran perbandingan yang sama

Pengisi Sumur
Isian untuk sumur bisa berupa batu pecah ukuran 10-20 cm, pecahan batu merah berukuran 5-10 cm atau arang.

Saluran Air Hujan
Untuk salurannya, Anda bisa memakai pipa PVC berdiameter 110 mm, pipa beton dengan diameter 200 mm atau pipa beton setengah lingkaran berdiameter 200 mm.


PROSES PEMBUATAN SUMUR RESAPAN


Cara pembuatan sumur resapan air pada rumah dengan talang air adalah sebagai berikut:
  1. Buat sumur dengan diameter 100 cm sedalam 1,5 m namun tidak melebihi muka air tanah.
  2. Untuk memperkuat dinding tanah, gunakan buis beton, pasangan bata kosong (tanpa plesteran) atau pasangan batu kosong.
  3. Buatlah saluran pemasukan yang mengalirkan air hujan dari talang ke dalam sumur resapan dengan menggunakan pipa pvc / paralon.
  4. Buatlah saluran pembuangan dari sumur resapan menuju parit yang berfungsi membuang limpahan air saat sumur resapan kelebihan air. Ketinggian pipa pembuangan harus lebih tinggi dari muka air tanah tertinggi pada selokan drainase jalan tersebut.
  5. Isi lubang sumur resapan air dengan koral setebal 15 cm.
  6. Tutup bagian atas sumur resapan dengan plat beton. Di atas plat beton ini dapat diurug dengan tanah.

Estimasi Biaya Membuat Sumur Resapan Sederhana

Setelah tahu cara pembuatan dan spesifikasinya, Anda mungkin akan bertanya berapa total biaya yang dikeluarkan. Sumur resapan sederhana ini relatif murah dan mudah. Dana yang disiapkan tidak sampai jutaan rupiah, masih ratusan ribu rupiah saja. Berikut estimasinya:
  • Biaya tukang Rp 500 ribu
  • Buis Beton 3 buah (diameter 60 cm dan tinggi 90 cm) Rp 600 ribu
  • Tutup sumur Rp 100 ribu
  • Finishing Rp 100 ribu
  • Total biaya sekitar Rp 1,3 juta.
Berbeda dengan pembuatan lubang resapan biopori, membuat sumur resapan air memang membutuhkan biaya yang lebih besar. 


PEMELIHARAAN SUMUR RESAPAN


Ketika sumur resapan sudah dibuat, jangan lupa dirawat.
Caranya praktis karena Anda hanya diwajibkan mengecek kondisi sumur menjelang musim hujan. Pergantian dan pengecekan rutin umumnya dilakukan 3 tahun sekali.
Mudah, murah dan bermanfaat untuk lingkungan. Tentu akan sangat baik bila setiap rumah memilikinya.

Dengan membuat sumur resapan di pekarangan masing-masing, kita bias mencegah banjir sekaligus menjaga cadangan air.


Sumber :
Read more ...

Bambu Tanaman Multiguna, Pencipta Mata Air

Bambu Tanaman Multiguna, Pencipta Mata Air


Rumpun Tanaman Bambu, sumber di sini

Bambu dan Kehidupan Manusia


Hampir setiap kita, apalagi yang tinggal di pedesaan cukup akrab dengan tanaman satu ini.  Oleh masyarakat desa, khususnya kaum petani, bambu merupakan tanaman multiguna.  Batangnya dapat dipakai untuk tiang lanjaran tanaman, untuk membuat besek yang dipakai menyemai padi, untuk membuat pikulan, atau membuat pagar lahan agar aman dari serangan hama.

Saat panen, jenis bambu tali sering dipakai untuk mengikat sayur-mayur yang akan dibawa ke pasar untuk dijual.  Pernah lihat kan kangkung, bayam, kacang panjang yang diikat dengan tali dari batang bambu ?

Batang bambu dapat dipakai untuk bahan pembuat perabotan rumah tangga seperti tampah, tompo, besek, juga sarana hiburan dengan mengubahnya menjadi alat musik semacam angklung, bahan pembuat jaran kepang, rangka layang-layang. 




 Rumah dari Bambu, sumber di sini

Batang bambu juga dapat dipakai sebagai bahan mebel, dari membuat kursi, tangga, dan bahkan dapat dipakai untuk bahan konstruksi rumah, jika konstruksinya benar, akan punya kelebihan: Tahan Gempa.  Soal keawetan, jika panen dan pengolahannya serta perawatannya benar, bambu bisa bertahan sampai 50 tahun.  Luar biasa bukan ?!

___________________________________________________________________________

IKLAN PESONA INDONESIA


 ___________________________________________________________________________



 Mebel dari bambu, sumber di sini


Aneka Perkakas dari Bambu, sumber di sini

Rebung bambu, atau bambu yang masih bayi, biasa dimanfaatkan sebagai sayur-mayur.  Pernah makan lumpia, panganan khas Semarang ?  Itu bahannya rebung.  Rebung juga lauk yang nikmat saat dimasak santan pedas.    :D.   Tapi bukan hanya itu, rebung yang dikonsumsi juga berkhasiat sebagai penyerap racun.  Makanya kalau lagi minum obat, sebaiknya jeda setidaknya 1 jam, agar obatnya nggak mubazir karena dibuat tawar oleh rebung.

Banyak banget kan manfaat bambu ?!

Tapi itu belum habis, setidaknya masih ada satu lagi manfaat tanaman bambu, yakni: Bambu merupakan Tanaman Pencipta Mata Air.

Nggak percaya ?  atau Heran ?!  ...
Sama, awalnya saya juga begitu .. he he :D

Sekitar setahun yang lalu, saya bersama teman yang bekerja di satu NGO yang salah satu jalan karya-nya lewat Program Pertanian Berkelanjutan, mencoba mengakses dana dari donatur untuk teman-teman Kelompok Tani Alam Lestari, Desa Bangun Rejo, Kec. Bangun Rejo, Kabupaten Lampung Tengah. Isue yang kami usung adalah pemulihan keutuhan ciptaan, yang kami kaitkan dengan penghidupan masyarakat desa tersebut.

Salah satu kebutuhan mutlak makhluk hidup adalah air. Sebagian penduduk Desa tersebut bermatapencaharian sebagai petani. Petani sebagai profesi yang kian langka, maupun tanaman yang mereka muliakan keduanya butuh air. Menurut teori volume air di bumi ini tetap, namun seiring penggundulan hutan, botaknya Daerah Aliran Sungai, dan ditambah pencemaran lingkungan, volume air bersih kian hari kian langka. Jangankan untuk tanaman di sawah, untuk minum saja susah … kira-kira demikian keluhan teman-teman petani ketika kemarau melanda.

Dalam rangka mengakses dana, maka kami bersama beberapa teman dari kelompok tani melakukan Ansos (analisis sosial) sederhana. Salah satu kegiatan dalam rangka mencari data, kami lakukan dengan melihat fakta di lapangan. Sebagai langkah persiapan, saya terlebih dahulu mencari informasi dengan bertanya  kepada teman yang tergabung dalam organisasi pemulia bambu, melakukan studi literasi.  Tujuannya mencari jenis tanaman lokal yang cocok untuk konservasi lingkungan

 

Fakta Menarik Tanaman Bambu


Dari beberapa jenis tanaman, saya tertarik pada tanaman bambu.  Dari sumber-sumber yang bisa saya akses, berikut fakta menarik tentang tanaman bambu:
  • Tanaman bambu yang cukup mudah ditemui di berbagai wilayah di Indonesia, diperkirakan sudah ada sejak 200 juta tahun yang lalu. Menurut peneliti tanaman bambu dari LIPI, Elizabeth A widjadja, dari 1500-an tanaman bambu di dunia, Indonesia memiliki sekitar 157 jenis yang sekitar 60 -70 adalah tanaman khas indonesia dan tidak ada di negara lain.
  • Tanaman bambu adalah tanaman berkayu yang paling cepat pertumbuhannya di muka bumi, tumbuh setidaknya 30% lebih cepat dari tanaman tercepat lainnya. Seorang teman pemulia bambu bercerita ada jenis rebung bambu yang bisa tumbuh 100 cm/hari (sambil memperlihatkan foto jenis bambu raksasa yang diameternya sebesar pinggang teman yang cukup lebar itu, he he :D )
  • Akar tanaman bambu sangatlah kuat dalam menjaga tanah dari erosi. Akar dari tanaman bambu yang ditebang masih dapat berfungsi mencegah pengikisan.
  • Tanaman bambu menghasilkan 35% lebih banyak oksigen daripada tanaman lain pada umumnya.
  • Setiap satu (1)  hektar tanaman bambu mampu menyerap sampai dengan 12 ton karbondioksida dari udara atau mampu menyerap 4 kali lipat lebih banyak karbondioksida daripada tanaman biasa lain.
  • Dalam upayanya unutk mengkonversi lahan bekas pertambangan batu di india, Utthan centre telah mencoba melakukan penanaman bambu seluas 106 ha, dan dalam waktu 4 tahun, permukaan air bawah tanah meningkat 6.3 meter dan seluruh areal penanaman menghijau serta memberikan pekerjaan kepada sekitar 80% penduduk setempat melalui industri kerajinan bambu. Dalam banyak kasus di banyak daerah, tanaman bambu bahkan mampu memunculkan mata air - mata air baru.
  • Hasil study dari akademi Beijing dan Xu Xiaoging, tanaman bambu yang ditanam disepanjang daerah aliran sungai, ternyata mampu menambah 240% air bawah tanah lebih besar dibandingkan penanaman pinus.
  • Study lanjutan menyebutkan, untuk daerah kritis yang perlu direboisasi, bambu direkomendasikan sebagai salah satu tanaman perintis mengingat kemampuannya dalam mempengaruhi retensi air dalam lapisan topsoil yang mampu meningkatkan aliran bawah tanah secara nyata.
  • Karena alasan nilai adat, budaya dan konservasi, China telah berhasil melakukan penanaman hutan bambu seluas 4.3 juta ha ( 35 % dari luas hutannya) dan mampu menghasilkan produksi bambu lestari sebanyak 14.2 juta ton/tahun dan memberikan kontribusi US $ 2.8 milyar. Selain itu dari rebungnya sendiri, china menghasilkan 17 juta ton/thn.
  • Di Kolombia, masyarakat di sana menyebut menanam bambu sama dengan menanam air, karena kenyataannya bambu mampu menyerap sampai dengan 90% air hujan hujan, jauh lebih tinggi dibanding rata rata pepohonan lain yang hanya menyerap 35-40% air hujan yang diterimanya.

Terbukti Tanaman Bambu Mampu Menciptakan Mata Air

Dengan bekal informasi di atas, kami berkeliling desa. Sebelum bersama-sama ke lokasi sumber air, kami ngobrol dulu di rumah Mas Edi,  Ketua Kelompok Tani Alam Lestari, bersama dengan Mas Antonius, Sang Sekretaris. Menurut ‘kesaksian’ mereka berdua dulu ada 5 sumber air, namun kini tinggal 4 sumber air tersisa di desa tersebut, dua diantaranya menjadi andalan penduduk desa ketika musim kemarau. 

Keduanya dekat rumpun bambu. Hmmm, fakta yang menarik gumam saya dalam hati mendengar informasi yang mereka sampaikan.

Ketika saya tanya, “sumber apa yang kering” ? Mas Anton bilang "Sumber Gayam".

Lalu saya mengejar, “kenapa namanya Sumber Gayam, apakah ada pohon gayamnya” ? 
Mas Anton menjawab “dulu memang ada, tapi sekarang sudah nggak ada, sudah ditebang”.

Kemudian kami keliling melihat sumber-sumber air tadi.  Satu di antaranya, begini penampakannya :D




 

Salah Satu Sumber Air dari Rumpun Bambu di Desa Bangun Rejo

Sumber: Dokumen Pribadi, Kompasiana, Green.

 
Sumber air di atas, lokasinya di tepi jalan kampung.  Pohon Bambu di atasnya hanya dua rumpun, tidak terlalu besar, tapi menurut kesaksian masyarakat, sumber air tersebut menjadi andalan warga ketika musim kemarau panjang -- di saat sumur-sumur warga banyak yang kering.  Sumber air itu kemudian oleh masyarakat dipagari dengan tembok bata yang membentuk dua ruangan. Sebelah kiri, merupakan penampung langsung dari mata air, sementara ruang sebelah kanan merupakan tempat mandi umum.

Saya iseng coba mencicipi air dari tampungan sebelah kiri, hmmm, rasanya segar sekali, ada seperti rasa manis.  Begitu pula ketika saya mencoba mencicipi air di Sumber satunya, yang letaknya di daerah perladangan, kompleks lahan pertanian warga desa.


Cerita Tentang Tanaman Pencipta Mata Air dari Perbatasan Gunung Kidul

Dugaan saya sumber itu mengering karena pohon gayam yang ada ditebang. Gayam memang salah satu tanaman ‘pencetak mata air’. Ketika saya Ansos di daerah perbatasan Prambanan dengan Gunung Kidul, Yogyakarta, awal tahun 2007, sebagian Penduduk Dusun, para petani ‘senior’ menceritakan bahwa dulu banyak pohon gayam yang tumbuh didekat mata air. Mereka bercerita bahwa salah satu sendang yang bertahan adalah Sendang Sriningsih, yang ditumbuhi beringin dan gayam disekitarnya. Sendang tersebut bertahan karena oleh umat Katholik di sana dijadikan tempat peziarahan: Goa Maria Sri Ningsih, sehingga tanaman gayam dan beringin yang ada ikut terjaga, dan kemudian menjaga kelangsungan mata air Sendang tersebut.  Air dari sendang Sri Ningsih hingga kini mengampu pemenuhan air para penduduk sekitar, yang disuplay melalui jaringan pipa.


Sisi Ekonomi Tanaman Bambu

Tanaman bambu jenis hitam (wulung) dan njenis petung, sebatang berharga 35 ribu hingga 70 ribu.   Jika kita menanam satu rumpun, setelah 6 hingga 8 tahun, maka setiap bulan kita dapat memanen 2 batang.  Jika satu rumpun bambu rata-rata butuh lahan seluas 100 m2, maka dalam 1000 m2 kita dapat menanam 10 rumpun bambu, artinya 6 hingga 8 tahun ke depan kita akan memiliki penghasilan 700 ribu hingga 1,4 juta / bulan (nilai saat ini).   Hasil yang lumayan, apalagi jika kita ‘beruntung’, kita akan  ‘memperoleh bonus’  berupa mata air di lahan kita, satu elemen yang kian hari kian langka. Jika penanaman bambu di lahan kritis, tepian sungai, dikelola secara komunal, maka outputnya bisa menjadi modal sosial yang tidak kecil : cadangan air yang makin banyak, munculnya sentra kerajinan bambu, desa - sekolah alam, desa-wisata konservasi, dan sebagainya .


Ajakan Terlibat  ...

Lewat tulisan ini, saya ingin mennyampaikan bahwa upaya konservasi air dapat ditempuh bersamaan dengan upaya menambah penghasilan. Anugerah alam mestinya kita syukuri dan kita kelola dengan bijak bagi kesejahteraan bersama ...

Maka,

Mari kita mulai terlibat, menjadi bagian dari Gerakan Pemulihan Keutuhan Ciptaan.


Demikian tulisan berjudul Bambu Tanaman Multiguna, Pencipta Mata Air ini, semoga bermanfaat.



Salam Alam Lestari,



Tulisan Calon Petani


Catatan : 
Tulisan ini juga pernah diupload di Kompasiana, Green.


Sumber:
- Internet, google
- Sharing dengan teman pemulia bambu di Jogja
- Ansos bersama Ketua dan Sekretaris Kelompok Tani Alam Lestari, Desa Bangun Rejo.




Read more ...